◄►broxzin adventure◄►

Sunday, September 10, 2006

Ramadhan bersama Rasulullah SAW

  1. Keutamaan Ramadhan dan Puasa Ramadhan

Ramadhan adalah bulan mulia, dimana didalamnya telah diturunkan Al-Qur’an. Ia merupakan bulan ketaatan, pendekatan diri, kebajikan dan kebaikan dan merupakan bulan pengampunan, rahmat, kasih sayang, dan keridhoan. Ramadhan juga sebagai bulan tazkiyah (pembersihan diri), dan tarbiyah. Bahkan sering disebut bulan da’wah, jihad, dan kemenangan Islam. Terdapat satu malam lail al qadar yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan. Dengan Ramadhan setiap mu’min termotivasi untuk bisa melakukan kewajiban agama dan tidak lupa mencari kebaikan hidup duniawi. Dan yang paling penting, di dalam bulan Ramadhan juga terdapat fenomena pengabulan do’a.


  1. Pengertian Puasa

    • Puasa menurut bahasa (etimologi/lughotan); yaitu meninggalkan dan menahan sesuatu yang mubah (halal), seperti nafsu perut dan nafsu seks (Al Baqoroh :187) dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

    • Puasa menurut terminologi/syar’an; menahan diri dengan sengaja dari makan, minum, bersetubuh dan segala hal yang membatalkan puasa sehari penuh sejak terbit fajar hingga terbenam matahari untuk menjalankan perintah Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.


  1. Macam-macam Puasa (dari segi hokum terbagi menjadi 4 hukum)

          1. Puasa Wajib meliputi (1). Puasa yang harus dilakukan setiap orang dan waktunya telah ditetapkan Allah SWT. Jenis ini adalah Puasa Ramadhan (QS. 2 : 183 – 187); (2) Puasa yang dilakukan karena sebab tertentu untuk memenuhi hak2 Allah, seperti puasa kafarat (membayar denda) misalnya melanggar sumpah yang telah diucapkannya (QS. Al Maidah :89), Kafarat zhihar (suami mengharamkan istrinya untuk digauli, “kamu seperti punggung ibuku” (QS. Al Mujadalah : 4), kafarat karena membunuh keliru atau tersalah (QS. An Nisa : 92); (3) Puasa karena telah Nadzar.

          2. Puasa Haram meliputi : (1) Puasa pada dua hari raya, Idul Fitri dan Adha (HR. Imam Ahmad dan empat imam hadits); (2) Puasa hari2 tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah) (HR. Muslim); (3) Puasa sunah bagi istri tanpa izin suaminya, (HR. Bukhori Muslim); (4) Puasa pada hari syak (ragu-ragu), puasa pada tanggal 30 sya’ban, (HR. Bukhori).

          3. Puasa Makruh : (1) Puasa Wishol, puasa terus menerus tidak dipisahkan dengan berbuka “laa tuwashiluu.” (HR. Bukhori), “Iyyakum wa al wishool” (HR. Muttafaq alaihi); (2) Puasa sepanjang masa, setahun penuh (HR. Muslim); (3) Puasa mengkhususkan pada hari Jum’ah (HR. Al Bazzar); (4) Puasa khusus pada hari Sabtu (HR. At Tirmidzi); (5) Puasa khusus pada bulan Rajab secara penuh (HR. Ahmad dan Ibnu Umar); (6) Puasa dua hari diakhir bulan sya’ban (HR. Muttafaq Alaihi).

          4. Puasa Sunnah, meliputi : (1) Puasa enam hari di bulan syawwal (HR. Muslim, Abu Dawud, dan Ibn Majah); (2) Puasa pada hari Arofah (9 Dzulhijjah) (HR. Muslim); (3) Puasa hari Asyura dan Tasu’a (10 dan 9 Muharram) (HR. Muslim); (4) Puasa pada bulan2 Haram (Dzul qo’dah, Dzulhijjah, dan Rajab) (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi); (6) Memperbanyak puasa di bulan Sya’ban (HR. Muttafaq Alaihi); (7) Puasa tiga hari setiap bulan qomariyah (13, 14, 15) (HR. Muttafaq Alaihi); (8) Puasa Dawud (HR. Muttafaq Alaihi); (9) Puasa Senin Kamis (HR. Ahmad)

  1. Hikmah Puasa

          1. Puasa adalah pembersihan dan pelatihan jiwa

          2. Puasa menyehatkan badan

          3. Puasa adalah sarana tarqiyah ruhiyah (peningkatan ruhani)

          4. Puasa adalah sarana tarbiyah dzatiyah (pembinaan diri)

          5. Puasa adalah sarana pengendalian syahwat

          6. Puasa adalah sarana mensyukuri nikmat

          7. Sarana yang hisa menghantarkan manusia pada derajat taqwa (tujuan hakiki)


  1. Syarat-syarat Puasa

          1. Islam

          2. Baligh (Mumayyiz)

          3. Berakal sehat

          4. Berkemampuan atau sehat jasmani

          5. Tidak sedang bepergian

          6. Suci dari Haid dan nifas bagi wanita


  1. Rukun-rukun Puasa

          1. Niat karena Allah SWT semata.

            • QS. Al Bayyinah : 5 (“Dan tidaklah diperintahkan, melainkan agar mereka beribadah kepada Allah dengan ikhlas, menjalankan agama karena-Nya”)

            • Sabda Nabi SAW : “Barang siapa yang belum menetapkan niat puasa sebelum waktu Subuh, maka tidak sah puasanya” (HR. Ahmad dan para pengarang kitab sunan)

          2. Meninggalkan makan, minum, dan berhubungan suami istri

            • QS. Al Baqorah : 187 (“Makan dan minumlah sehingga nyata bagimu benang yang putih dari benang yang hitam, yaitu fajar”)

            • HR. Jamaah : “Seorang lelaki datang (dengan terengah-engah) menghadap Nabi SAW, lantas berkata : celaka aku, yaa Rasulullah. Nabi SAW bertanya : Apakah yang membuat engkau celaka?......

          3. Dikerjakan sejak terbit fajar (subuh) sampai terbenam matahari (Maghrib)


  1. Sunnah-sunnah Puasa

          1. Sahur (“Makan sahurlah kamu sekalian, karena sesungguhnya di dalam sahur itu terdapat barokah”) (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibn Majah)

          2. Mengakhiri makan sahur (HR. At Tabrani dan Ahmad)

          3. Menyegerakan berbuka (“Berdasarkan hadits sahl Ibn Sa’ad bahwa Nabi SAW bersabda : :Orang akan tetap baik (sehat) selagi mereka cepat-cepat berbuka”) (Mutahfaq Alaihi).

          4. Berbuka dengan kurma atau yang manis (HR. Abu Dawud dan Hakim)

          5. Berdoa sesudah berbuka (“Menurut hadits Ibnu Umar katanya, ‘adalah Rasulullah SAW apabila berbuka puasa, berdo’a : Semoga haus lenyap, urat-urat segar dan tetap berpahala”) (HR. Abu Dawud)

          6. Mandi dari janabat, haid, dan nifas sebelum tiba waktu Subuh (Mutafaq Alaihi)

          7. Bersiwak (gosok gigi)


  1. Hal-hal yang dimakruhkan (pantangan) bagi orang2 yang puasa

          1. Berlebihan dalam berkumur dan memasukkan air ke hidung

          2. Berlebihan dalam berciuman antara suami-istri sehingga menimbulkan birahi

          3. Banyak tidur di siang hari

          4. Kurang menjaga anggota badan dari hal2 yang tidak berguna, seperti seharian berpuasa hanya di depan televise.

          5. Berkata kotor dan membuat gaduh

          6. Berbuat jahil, pander, dan dusta


  1. Hal2 yang membatalkan Puasa

          1. Makan dan minum di siang hari dengan sengaja

          2. Berhubungan suami-istri di siang hari

          3. Murtad dari Islam

          4. Haid dan nifas

          5. Memasukkan sesuatu melalui mulut, dan melalui tenggorokan sampai masuk perut


  1. Hal2 yang diperbolehkan bagi orang yang berpuasa

          1. Makan dan minum karena lupa

          2. Berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung yang tidak terlalu di tekan

          3. Mandi keramas, berenang, dan berendam di kolam

          4. Menggunakan celak mata, obat tetes mata, dan sejenisnya

          5. Mencium istri/suami bagi yang bisa mengendalikan nafsunya (lebih baik dihindari)

          6. Bebekam dengan mengeluarkan darah

          7. Muntah, baik disengaja atau tidak

          8. Bangun di waktu Subuh dalam keadaan junub

          9. Menghirup wangi-wangian, obat-obatan, balsam, dan aroma masakan

          10. Menelan ludah sendiri tanpa niat berbuka

          11. Mengeluarkan air mani bukan karena berhubungan suami istri tapi bermimpi

          12. Memasukkan sesuatu ke dalam faraj (kemaluan) atau dubur untuk pengobatan


  1. Orang2 yang boleh tidak puasa

          1. Wanita yang sedang dating bulan atau sedang nifas, diperkenankan tidak puasa dan menggantinya berpuasa pada hari lain (HR. Bukhori) dan (HR. Muslim)

          2. Orang yang sedang menderita sakit atau bepergian maka diperkenankan meninggalkan puasa dan mengganti (mengqadha) puasa yang ditinggalkan itu pada hari lain, baik yang berturut-turut atau terpisah (HR. Ad Daruqutniy)

          3. Bila berpuasa dirasa berat bagi orang sangat tua, atau sakit lama yang tidak dapat diharapkan sembuhnya, maka boleh berbuka (tidak berpuasa), tetapi berfidyah dengan memberikan makan kepada orang miskin setiap harinya satu (1) mud (1 mud = 0,5 liter) (QS. 2 : 184) selama bulan Ramadhan

          4. Wanita hamil dan wanita yang sedang menyusui boleh hanya membyar fidyah saja, tidak meng-qodho puasa.

Penetapan Awal Ramadhan

Kemajuan dan kecanggihan Ilmu pengetahuan setiap saat mengalami accelerasi (lompatan) yang cepat. Salah satu lompatan kemajuan teknologi itu, diantaranya di bidang teknologi astronomi (Ilmu Falaq), yaitu : teknologi dalam perhitungan awal bulan qomariyah, penentuan arah kiblat, waktu sholat, penentuan terjadinya gerhana matahari/bulan, penentuan musim dan sebagainya.

Dalam tradisi hukum Islam (The Islamic of tradition law) terdapat dua madzhab besar penetapan awal bulan qomariyah termasuk di dalamnya bulan ramadhan : Pertama, Madzhab ru’yat (Ru’yah al hilal bil fi’li) atau melihat bilal (bulan) dengan mata telanjang, dan kedua, Madzhab hisab (ru’yah al hilal bi al ilmi) atau melihat bulan dengan pendekatan ilmu astronomi (falaq). Organisasi Muhammadiyah sebagai penganut tradisi ru’yah al hilal bi al ilmi (hisab), selalu mengikuti perkembangan jaman sebagai watak dari sifat tajdid (pembaharuan)nya, dalam lapangan kajian keagamaan atau proses meng-istinbath- (mengeluarkan hokum dari sumbernya) senantiasa mengikuti hasil cerdas manusia (the smart of creation man), berupa kemajuan media dan teknologi yang selalu berkembang. Hal ini seiring dengan salah satu bunyi kaidah dalam ilmu ushul figh “taghyiru al hukmi, bi taghyiru al amkaan wa al azman”. Perubahan hokum (dhanni) bisa jadi disebabkan karena adanya dinamika perubahan waktu dan tempat.

Oleh karenanya, Muhammadiyah yang lebih berorientasi berdasarkan hasil perhitungan (hisab) sebagaimana QS. Yunus (10): 5, yang dilakukan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Menetapkan Insya Allah, tanggal 1 Ramadhan 1426 H tahun ini, akan jatuh pada hari : Ahad, 24 September 2006, dengan ketentuan sebagai berikut :

  1. Awal Ramadhan

        1. Tanggal Ijtima’ akhir bulan sya’ban >> 22 September 2006

        2. Ijtima’ Pukul >> 18.45’.59”

        3. Tinggi Hilal saat terbenam matahari >> -010.30’.25”

        4. Wujud Hilal >> Belum wujud

        5. Awal Ramadhan >> 1 Ramadhan 1426 H : 24 September 2006


  1. Akhir Ramadhan

        1. Tanggal Ijtima’ akhir bulan Ramadhan >> 22 Oktober 2006

        2. Ijtima’ Pukul >> 12.15’.00”

        3. Tinggi Hilal saat terbenam matahari >> +000.46’.58”

        4. Wujud Hilal >> Wujud

        5. Awal Syawal 1427 H >> Agak variatif


Catatan Penting :

  1. 1 Syawal 1426 H jatuh hari Senin, 23 Oktober 2006, dengan demikian usiabulan Ramadhan untuk tahun ini, insya Allah : 29 hari untuk Daerah Istimewa Yogyakarta.

  2. Manokwari (ibukota propinsi Papua) : Ijtima’ jatuh pada Ahad pahing, 22 Oktober 2006, pukul 14.15’.00” WIT. Tinggi Hilal di Manokwari : -00.17’.33” (hilal belum wujud) artinya umur bulan Ramadhan di istikmalkan (digenapkan) menjadi 30 hari, dan 1 syawal 1427 H di Manokwari jatuh pada hari Selasa, 24 Oktober 2006.

  3. Ada 3 kota besar di Indonesia yang ada di garis batas wujudul hilal, yaitu kota Ambon (Propinsi Maluku), Samarinda (Propinsi Kalimantan Timur) dan kota Merauke kota paling timur di Indonesia). Tinggi hilal di Ambon : +00.8’.33”. Samarinda :+00.8’.28”. dan Merauke : +00.1’.31”.

  4. Hal yang sama juga terjadi di kota Makkah al Mukarromah : +00.8’.33”


Kendati demikian, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga akan melakukan “ru’yatul hilal bi al fi’li” karena berdasarkan QS. Al Baqoroh : 184 dan berdasarkan hadits shahih HR Al Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, (“Berpuasalah kamu karena melihat bulan dan berbukalah (berhari raya) juga karena melihatnya, jika terhalang oleh awan, maka sempurnakanlah bilangan hari bulan sya’ban menjadi tiga puluh”).

Keduanya (baik hisab atau ru’yah al hilal bi al ilmi maupun ru’yat al hilal bi al fi’li) merupakan hujjah atau landasan Majelis Tarjih dan Pemikiran Islam Muhammadiyah dalam mengistimbath hokum Islam dalam hal penentuan awal bulan qomariyah.

Monday, September 04, 2006

Apa yang kita banggakan?

Seorang pria yang bertamu ke rumah Sang Guru
tertegun keheranan.
Dia melihat Sang Guru sedang sibuk bekerja. ia
mengangkuti air dengan ember
dan menyikat lantai rumahnya keras-keras.
Keringatnya bercucuran deras.
Menyaksikan keganjilan ini orang itu
bertanya, "Apa yang sedang Anda lakukan?"

Sang Guru menjawab, "Tadi saya kedatangan
serombongan tamu yang meminta
nasihat. Saya memberikan banyak nasihat yang
bermanfaat bagi mereka.
Mereka pun tampak puas sekali. Namun, setelah
mereka pulang tiba-tiba
saya merasa menjadi orang yang hebat.
Kesombongan saya mulai
bermunculan. Karena itu, saya melakukan ini
untuk membunuh perasaan sombong saya."

Sombong adalah penyakit yang sering
menghinggapi
kita semua, yang benih-benihnya terlalu kerap
muncul tanpa kita sadari. Di
tingkat terbawah, sombong disebabkan oleh faktor
materi. Kita merasa
lebih kaya, lebih rupawan, dan lebih terhormat
daripada orang lain.

Di tingkat kedua, sombong disebabkan oleh faktor
kecerdasan. Kita merasa
lebih pintar, lebih kompeten, dan lebih berwawasan
dibandingkan orang lain.

Di tingkat ketiga, sombong disebabkan oleh faktor
kebaikan. Kita sering
menganggap diri kita lebih bermoral, lebih
pemurah, dan lebih tulus
dibandingkan dengan orang lain.

Yang menarik, semakin tinggi tingkat
kesombongan, semakin sulit pula
kita mendeteksinya. Sombong karena materi
sangat mudah terlihat, namun
sombong karena pengetahuan, apalagi sombong
karena kebaikan, sulit
terdeteksi karena seringkali hanya berbentuk benih-
benih halus di dalam
batin kita.

Akar dari kesombongan ini adalah ego yang
berlebihan. Pada tataran yang
lumrah, ego menampilkan dirinya dalam bentuk
harga diri (self-esteem)
dan kepercayaan diri (self-confidence). Akan
tetapi, begitu kedua hal
ini berubah menjadi kebanggaan (pride), Anda
sudah berada sangat dekat
dengan kesombongan. Batas antara bangga dan
sombong tidaklah terlalu jelas.

Kita sebenarnya terdiri dari dua kutub, yaitu ego di
satu kutub dan
kesadaran sejati di lain kutub. Pada saat terlahir
ke dunia, kita dalam
keadaan telanjang dan tak punya apa-apa. Akan
tetapi, seiring dengan
waktu, kita mulai memupuk berbagai keinginan,
lebih dari sekadar yang
kita butuhkan dalam hidup. Keenam indra kita
selalu mengatakan bahwa
kita memerlukan lebih banyak lagi.

Perjalanan hidup cenderung menggiring kita
menuju kutub ego. Ilusi ego
inilah yang memperkenalkan kita kepada dualisme
ketamakan (ekstrem suka)
dan kebencian (ekstrem tidak suka).

Perjuangan melawan kesombongan merupakan
perjuangan menuju kesadaran
sejati. Untuk bisa melawan kesombongan dengan
segala bentuknya, ada dua
perubahan paradigma yang perlu kita lakukan.
Pertama, kita perlu
menyadari bahwa pada hakikatnya kita bukanlah
makhluk fisik, tetapi
makhluk spiritual. Kesejatian kita adalah
spiritualitas, sementara tubuh
fisik hanyalah sarana untuk hidup di dunia. Kita
lahir dengan tangan
kosong, dan (ingat!) kita pun akan mati dengan
tangan kosong.

Pandangan seperti ini akan membuat kita melihat
semua makhluk dalam
kesetaraan universal. Kita tidak akan lagi
terkelabui oleh penampilan,
label, dan segala "tampak luar" lainnya. Yang kini
kita lihat adalah
"tampak dalam". Pandangan seperti ini akan
membantu menjauhkan kita dari
berbagai kesombongan atau ilusi ego.

Kedua, kita perlu menyadari bahwa apa pun
perbuatan baik yang kita
lakukan, semuanya itu semata-mata adalah juga
demi diri kita sendiri.
Kita memberikan sesuatu kepada orang lain
adalah juga demi kita sendiri.

Dalam hidup ini berlaku hukum kekekalan energi.
Energi yang kita berikan
kepada dunia tak akan pernah musnah. Energi itu
akan kembali kepada kita
dalam bentuk yang lain. Kebaikan yang kita
lakukan pasti akan kembali
kepada kita dalam bentuk persahabatan, cinta
kasih, makna hidup, maupun
kepuasan batin yang mendalam. Jadi, setiap
berbuat baik kepada pihak
lain, kita sebenarnya sedang berbuat baik kepada
diri kita sendiri.
Kalau begitu, apa yang kita sombongkan?


Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya,
dan sudah seharusnya setiap kebaikan yg kita
lakukan kita niatkan semata-mata hanya untuk
mendapatkan balasan dari Allah, dan bukan dari
manusia. Inilah yg dinamakan keikhlasan.. tanpa
pamrih dari manusia..

Seandainya manusia membalas kebaikan kita ya
bersyukurlah, tapi ingat, balasan dari manusia
bukan tujuan kita, itu hanya hasil sampingan.
Karena sungguh kita membutuhkan bekal yang
banyak untuk mengarungi kehidupan abadi di
akherat dan bukan sekedar hidup di dunia.

Friday, September 01, 2006

AWAL RAMADAN

Sekedar informasi saja bagi umat muslim menurut perhitungan ilmu falak atau astronomi(hisab), tanggal 1 Ramadan 1427 akan jatuh pada hari Minggu 24 September 2006. Dengan demikian , shalat Tarawih akan dimulai Sabtu 23 September malam, kemudian paginya umat Islam melaksanakan ibadah puasa.

Ijtima' akan terjadi pada 22 September 2006 pukul 18.45 WIB. Saat itu kedudukan bulan di seluruh Indonesia masih berada di bawah cakrawala atau horizon. Karena itu pelaksanaan rukyatul hilal agaknya tidak bisa dilakukan pada 22 September 2006, karena terbitnya bulan lebih cepat enam menit dibandingkan terbenamnya matahari. Sumber dari Observatorium Bosscha.