◄►broxzin adventure◄►

Wednesday, March 29, 2006

Lima Golongan yang Bila Rusak Akan Rusak Pulalah Dunia

Allah Ta'ala telah membagi umat manusia ke dalam lima golongan, yaitu : Ulama, Zhuhhad, Pejuang, Penguasa, dan Pedagang. Ulama adalah pewaris para nabi. Orang2 zuhud adalah pemilik dunia. Pejuang adalah penegak agama Allah. Penguasa adalah penggembala Allah teehadap makhluk-Nya. Pedagang adalah kepercayaan Allah.

Jika Ulama rakus mengumpulkan harta, maka kepada siapa meminta petunjuk ?
Jika orang2 zuhud berpura-pura, maka kepada siapa mengambil teladan ?
Jika pejuang berkhianat, maka dari manakah akan memperoleh kemenangan ?
Jika pedagang tidak jujur, maka siapa yang dapat dipercaya ?
Jika penguasa seperti serigala, maka siapa yang akan melindungi rakyat?

Fala hawla wa la quwwata illa billahil 'aliyyil 'azhim.

ALLAH MELIPUTI SEGALA SESUATU

Mereka berkata alam menjadi dalil wujud Allah
aku pandang pada alam
Allah tidak kelihatan
mana mungkin ada kekuatan alam
mempamer wujud Tuhan
bukankah Allah tidak memerlukan alam
Dia yang zahir dan Dia yang batin
Dia yang awal dan Dia yang akhir.

Aku pandang ke dalam hatiku
zat rahsiaku diterangi Rahsia Ilahi
kemudian akau pandang kepada alam
baharu aku melihat Cahaya-Nya meliputi alam
aku pandang lagi kepada alam
cahaya-Nya kembali terhijab dari pandangan
lalu aku pindahkan alam ke dalam hatiku
aku kembali melihat Cahaya Ilahi meliputi alam.

Cahaya-Nya hanya boleh dipandang oleh zat rahsiaku
apabila aku menyatu dengan zat rahsiaku
tanpa takwil tanpa hujah tanpa terka
tanpa ulasan tanpa kupasan tanpa huraian
hanya yakin dan larut di dalam keyakinan
bahawa aku tidak terpisah daripada zat rahsiaku
baharu dapat aku saksikan Cahaya-Nya
tanpa rupa tanpa warna
hanya jelira di dalam yakin
sesungguhnya Cahaya Engkau yang aku pandang.

Apa jua yang nyata
bila aku halakan pandangan ke sana
daku tidak melihat wujud di situ
hinggalah akau halakan pandangan ke dalam hati
baharulah aku melihat wujud menyertainya.

Monday, March 27, 2006

Tuhan Itu Satu

Dzunun Al-Mishri berkata, "Saya mempunyai seorang keponakan perempuan yang taat beribadah kepada Allah. Suatu ketika saya kehilangan dia selama satu bulan, tanpa saya ketahui kemana perginya. Lalu saya memohon kepada Allah siang dan malam, dengan puasa dan shalat malam. Suatu malam saya bermimpi mendengar suara yang mengatakan : "Orang yang engkau cari berada di suatu padang belantara."

Saya berkata dalam hati: "Subhanallah, bagaimana ia sampai tersesat di situ."

Kemudian saya sambil membawa bekal dan air. Selama 10 hari saya berputar-putar mencarinya hingga akhirnya saya putus asa dan bermaksud hendak kembali esok harinya. Ketika saya tertidur karena letih dan lelah, tiba-tiba seseorang menyepak saya hingga saya terbangun. Rupanya keponakanku itu yang melakukannya. Ia berdiri di depanku sambil tertawa. Lalu ia berkata:"Hai orang yang berhati lemah, apa yang ada di punggungmu ini?"

Saya berkata kepadanya: "Saya kehilangan engkau selama satu bulan."

Kemudian ia menjelaskan: "Wahai pamanku, demi Allah, ketika saya sedang berada di mihrab, tiba-tiba terlintas dalam benak saya bahwa Tuhan Bumi, Tuhan Langit, Tuhan Darat, Tuhan laut, Tuhan padang belantara dan Tuhan kota yang ramai adalah "SATU" . Maka saya berkata: "Saya akan beribadah kepada-Nya di padang belantara satu bulan dan di tempat ramai satu bulan, sampai saya menyaksikan kemurahan dan kekuasaan-Nya. Maka pergilah saya ke padang belantara sejak 40 hari yang lalu. Di sini saya menyaksikan kemurahan dan kekuasaan Tuhanku dengan seyakin-yakinnya, sehingga saya tidak membutuhkan lagi semua makhluk."

Setelah itu ia menangis, lalu terdiam.

Dzunnun melanjutkan: "Ketika itu saya merasa sangat lapar. Saya bermaksud menanyakan tentang makanan kepadanya. Namun ia mendahuluinya bertanya: 'Paman tampaknya kelaparan?"

Saya jawab: "Ya"

Lantas ia mendongak ke langit seraya mengatakan: "Ya Tuhanku, pamanku lapar! Ia ingin menyaksikan keadaanku di sisi-Mu!"

Dzunnun berkata: "Demi Allah, belum lagi ia selesai berdoa, tiba-tiba langit menghujani kami dengan embun putih seperti salju. Lalu saya berkata: 'Wahai keponakanku, ini adalah manna dan mana salwa-Nya?

Ia menjawab: "Salwa akan menyusul sesudah manna."

"MANNA" adalah sejenis embun yang turun pada bani Israel di zaman nabi Musa, lebih manis dari madu, lebih dingin dari es.

"SALWA" adalah sejenis burung yang sudah di panggang.

Semoga Anda sekalian bisa memahaminya dan merenungkannya kembali cerita di atas. Terimakasih.

Berhati Ikhlas Berpantang Tamak

Seseorang yang memiliki hati ikhlas, tidak
rakus dengan dunia lebih memiliki kepekaan dalam
menyerap pelajaraan ilmu batin. Secara logika,
orang yang berhati ikhlas lebih mudah memusatkan
konsentrasinya pada satu titik tujuan, yaitu
persoalan yang dihadapinya.

Disebutkan bahwa orang yang berhati ikhlas
diperkenankan Allah SWT untuk : Berbicara,
Melihat, Berpikir dan Mendengar bersama dengan
Lidah, Mata, Hati dan Telinga Allah ( baca hadist
Thabrani ).

Hati yang ikhlas identik dengan ketiadaan rasa
tamak. Orang yang memiliki sifat ikhlas dan tidak
tamak amat disukai manusia. Rasullullah SAW pernah
didatangi seorang sahabat yang ingin meminta resep
agar disukai Allah SWT dan disukai sesama manusia.
Rasullullah bersabda : Jangan rakus dengan Harta
Dunia, tentu Allah akan menyenangimu, dan jangan
tamak dengan hak orang lain, tentu banyak orang
yang menyenangimu .

Hadist ini jika dikaitkan dengan
kehidupan para spiritualis mereka memiliki power
pertama kali disebabkan karena kharismanya, jika
seseorang itu banyak disukai sesamanya maka apa
yang diucapkan pun akan dipercaya. Sebaliknya
walau orang itu berilmu tinggi tetapi kalau tidak
disukai sesamanya maka apa yang diucapkannya pun
tidak akan ada yang menggubris.

Saturday, March 25, 2006

ILMU DAN MAKRIFAT

Wahai yang tidak aku kenali
ku panjat gunung yang tinggi
sangkaku Engkau berada di puncaknya
namun tidak ku temui Engkau di sana.

Lalu aku terjun dari puncak gunung
jika Engkau ada pasti Engkau tidak membiarkan daku.

Tangan Kudrat Iradat-Mu menyambar ku
aku terbang dengan sayap Rahmani-Mu
mengembara ke seluruh alam maya
namun tidak ku temui Engkau di dalam alam.

Hatiku mengatakan Engkau ada
lalu aku keluar daripada alam
dan aku terjun ke dalam hatiku.

Di sana aku temui kebodohanku
bodohnya aku menyangka akulah Aku
sedangkan Dia jualah Aku
dan aku tiada beserta Dia.

Bila aku tiada beserta Dia
tinggallah Dia sendirian
rindulah Dia kepada diriku
lalu Dia terjun ke dalam hatinya
di sana Dia berjumpa Aku
Aku menyambutnya dengan tersenyum.

Aku dan Dia
Dia dan Aku
bukan dua dan bukan Satu
satu masih berbentuk
masih berjarak titik atas dengan bawah
sedangkan Aku dan Dia
tiada antara
bukan juga titik yang halus
titik yang halus masih menempati ruang
sedangkan Aku dan Dia
tiada rupa tiada bentuk tiada ruang tiada zaman.

Aku adalah Dia
Dia adalah Aku
tiada beza antara Aku dan Dia
bila aku cuba mengenali Dia
aku tidak kenal lagi diriku
aku tidak kenal lagi diri Dia
bila dia cuba mengenali diriku
dia tidak kenal lagi dirinya
dia tidak kenal lagi diriku.

Tiada lagi kenyataan
tiada juga keghaiban.

Pengenalan sebenar adalah tidak kenal
pengetahuan sebenar adalah tidak tahu.

Aku adalah rahsia Dia
Dia adalah rahsia Aku
usah diganggu rahsia ini.

Wednesday, March 22, 2006

Alam Sebagai Ayat

Suatu malam Rasulullah SAW meminta izin kepada istrinya, Aisyah, untuk shalat malam. Dalam shalatnya, beliau menangis. Air matanya mengalir deras. Beliau terus beribadah hingga sahabat Bilal mengumandangkan azan Subuh. Beliau masih menangis saat Bilal datang menemuinya. ''Mengapa Tuan menangis?'' tanya Bilal. ''Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosa Tuan baik yang lalu maupun yang akan datang?''

Nabi menjawab, ''Bagaimana aku tidak menangis, telah diturunkan kepadaku malam tadi ayat ini, 'Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang ada tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri atau duduk atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka'.'' (Ali 'Imran: 190-191).

Alam semesta, menunjuk kepada dua ayat di atas, adalah ayat, yaitu tanda atau rambu bagi sujud dan kuasa Allah. Sebagai ayat, alam semesta ini harus dibaca dan dipelajari hingga menimbulkan iman dan kekaguman (khasy-yah) yang makin besar kepada al-Khaliq. Nabi pernah memberikan arahan agar manusia tidak memikirkan Zat Allah, tetapi cukup merenungkan alam ciptaan-Nya. Kata beliau, ''Pikirkanlah ciptaan Allah, dan jangan memikirkan Zat Allah.''

Jadi, ayat-ayat Allah itu ada dua macam. Pertama, ayat-ayat berupa Kitab Suci (qauliyah). Kedua, ayat-ayat berupa alam semesta sebagai ciptaan Allah (kauniyah). Menurut filsuf Muslim, Ibn Rusyd, alam semesta justru merupakan ayat-ayat Allah yang pertama. Dikatakan demikian, karena sebelum Allah SWT menurunkan Kitab Taurat, Injil, dan Alquran, Allah telah menciptakan alam jagat raya ini. Karena alam adalah ayat, maka sebagaimana sepotong firman adalah ayat, maka sejengkal alam juga ayat.

Sebagai ayat, alam ini selalu bergerak memenuhi tujuan penciptaan. Karena itu, penelitian terhadap alam diduga kuat dapat mengantar manusia menemukan dan meyakini wujud Allah dan kuasa-Nya. Sebagai ayat, alam ini juga mengandung hukum-hukum Allah yang dalam terminologi Alquran dinamakan takdir dan sunatullah.

Takdir merupakan hukum-hukum Allah yang diberlakukan pada alam fisik (makrokosmos), sedangkan sunatullah merupakan hukum-hukum Allah untuk alam sosial (mikrokosmos). Sebagai hukum-hukum Allah, keduanya, takdir maupun sunatullah, mengandung kepastian dan determinasi. Manusia, karenanya, tidak mungkin dan tidak dapat melawannya.

Manusia, tidak bisa tidak, harus meneliti dan mempelajari alam dan fenomena alam agar mengenali hukum-hukum Allah yang terkandung di dalamnya. Pengenalan terhadap hukum-hukum Allah itu, dengan sendirinya, akan mendatangkan kemudahan dan kemaslahatan bagi kehidupan manusia di muka bumi. Alam semesta dengan begitu benar-benar menjadi rahmat dan nikmat, bukan menjadi laknat dan petaka bagi umat manusia. Wallahu a'lam.