◄►broxzin adventure◄►

Saturday, May 20, 2006

Allah-lah Yang Menciptakan Segalanya

Jika kalian masih ingat, di awal buku ini kita mencari jawaban yang tepat untuk orang-orang yang tidak beriman. Sekarang kita mempunyai jawabannya. Keteraturan yang terjadi setelah ledakan alam semesta itu bahkan jauh lebih sempurna dibandingkan contoh-contoh yang kita sebutkan (kota besar atau mangkuk cat). Semua ini tidak mungkin terjadi karena kebetulan.

Sistem yang sempurna ini hanya bisa terjadi dengan kehendak Allah Yang Maha Perkasa. Allah mampu menciptakan segalanya. Dia hanya berkata padanya, ”Jadilah!” dan terjadilah sesuatu itu.

Allah telah menciptakan dunia yang indah dalam alam semesta yang sempurna untuk kita, dan Dia menciptakan hewan-hewan dan tumbuhan di dalamnya. Dia menciptakan matahari untuk memberikan energi dan menghangatkan kita. Jarak matahari dari bumi telah diatur dengan tepat sehingga jika lebih dekat akan sangat panas, tetapi jika lebih jauh kita semua akan membeku.

Ketika para ilmuwan menemukan lebih banyak bukti-bukti ini, kita pun mengetahui kekuasaan Allah lebih baik. Hal ini karena benda-benda tidak bisa mengambil keputusan atau pun melaksanakan keputusan itu. Ini berarti bahwa ada Pencipta yang telah merancang dan menciptakan alam semesta ini. Materi, yaitu zat dasar bintang-bintang, manusia, hewan, tanaman, dan segalanya, hidup atau tak hidup, berada di bawah kendali Allah. Itulah sebabnya segala hal di bumi ini teratur. Karena segalanya diciptakan oleh Allah, Yang Maha Pencipta dan Pemberi Bentuk.

Allah Menciptakan Semua Manusia dengan Takdir

Segala hal yang dialami oleh manusia dari lahir hingga meninggal ditentukan dengan takdir. Kalian bisa merenungkan ini seperti halnya sebuah rol film. Jika kita membuka rol film itu, lalu dilihat dari jauh, kita bisa melihat awal, tengah, dan akhir kejadian pada saat yang sama.

Allah telah menganugerahkan kehidupan bagi manusia di dunia ini untuk menguji mereka, serta mengutus bagi mereka para rasul untuk menyampaikan tanggung jawab mereka.
Setiap orang diuji di dunia ini dengan kejadian-kejadian yang mereka alami. Dengan kata lain, kita diuji dengan bagaimana kita menanggapi kejadian-kejadian yang kita alami, cara kita berbicara, dan kesabaran kita dalam menghadapi kesukaran:

Pendeknya, apakah kita telah bertindak dengan benar.

Ujian ini akan menentukan nasib kita di akhirat.

Tetapi, ujian di dunia ini mempunyai rahasia yang sangat penting. Karena kasih dan sayangnya yang besar untuk manusia, Allah menciptakan takdir. Takdir, yaitu seluruh peristiwa yang dialami seseorang di dunia, telah ditentukan oleh Allah bahkan sebelum seseorang lahir. Untuk setiap manusia, Allah menciptakan takdirnya sendiri-sendiri.

Untuk lebih memahami ini, kita bisa menyamakannya dengan sebuah film yang telah direkam di atas VCD. Baik awal maupun akhir film ini telah diketahui, tetapi kita hanya bisa mengetahuinya setelah menonton film itu. Begitu pula halnya dengan takdir.

Segala hal yang dilakukan seseorang di sepanjang hidupnya, seluruh peristiwa yang ia alami, sekolah yang ia masuki, rumah yang ia diami, dan saat kematiannya semuanya telah ditetapkan.

Seluruh peristiwa yang terjadi pada seseorang, baik atau buruk, telah ditetapkan dalam pengetahuan Allah. Setiap orang diuji dalam menjalani ketentuan (atau skenario) yang telah ditulis khusus untuk mereka ini. Jadi, sesuai dengan skenario, manusia menjalani serangkaian peristiwa. Keimanannya, tindakannya, juga tanggapannya atas kejadian ini, menentukan nasibnya di akhirat.

Pengetahuan tentang takdir adalah sumber kebahagiaan besar manusia. Takdir adalah berkat dari Allah. Karena itu, manusia tidak perlu menyesali kejadian yang hasilnya telah ditetapkan sebelumnya atau takut atas kejadian yang tidak baik. Bagi manusia yang sabar dalam menghadapi ujian ini, sadar bahwa tidak ada yang terjadi tanpa kehendak Allah, Allah memberi kabar gembira dengan surga. Para rasul Allah adalah teladan terbaik dalam hal ini. Allah memberikan untuk mereka ganjaran yang baik, yakni surga, karena iman mereka yang istimewa dan amal mereka yang benar.

Friday, May 12, 2006

SENANDUNG HIKMAH

1. Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan, tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

2. Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

3. Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar/teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

4. Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa.

5. Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar Al-qur'an tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

6. Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid.

7. Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama30 hari ketika berpuasa.

8. Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk sholat 5 waktu, namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saat terakhir untuk event yang menyenangkan.

9. Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam Al-Qur'an, namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

10. Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci Al-Quran.

11. Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir, atau mengatakan apa-apa,atau berbuat apa-apa.

12. Betapa kita dapat menyebarkan seribu lelucon melalui e-mail, dan menyebarluaskannya dengan FORWARD seperti api; namun kalau ada mail yang isinya tentang Kerajaan Allah betapa seringnya kita ragu-ragu, enggan membukanya dan mensharingkannya, serta langsung klik pada link-nya.

Dan masih banyak lagi perbuatan di dunia ini yg kita buang sia2 karena hanya nafsu semata. Coba renungkanlah apakah yg engkau kerjakan di dunia ini bener2 sudah di jalan Allah?

Sunday, May 07, 2006

KEUTAMAAN SABAR DALAM MENGHADAPI COBAAN

"Artinya : Dari Ummu Al-Ala', dia berkata :
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau
berkata. 'Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala'.
Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat
Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan,
sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas
dan perak". (Isnadnya Shahih, ditakhrij Abu Daud,
hadits nomor 3092)

Wahai Ukhti Mukminah .!
Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan
di dalam kehidupan dunia ini. Boleh jadi cobaan
itu menimpa langsung pada dirimu atau suamimu atau
anakmu ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi
justru disitulah akan tampak kadar imanmu. Allah
menurunkan cobaan kepadamu, agar Dia bisa menguji
imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau
akan marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap
takdir Allah ?

Wasiat yang ada dihadapanmu ini disampaikan
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala
menasihati Ummu Al-Ala' Radhiyallahu anha, seraya
menjelaskan kepadanya bahwa orang mukmin itu diuji
Rabb-nya agar Dia bisa menghapus kesalahan dan
dosa-dosanya.

Selagi engkau memperhatikan kandungan Kitab Allah,
tentu engkau akan mendapatkan bahwa yang bisa
mengambil manfaat dari ayat-ayat dan mengambil
nasihat darinya adalah orang-orang yang sabar,
sebagaimana firman Allah.

"Artinya : Dan, di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di
laut seperti gunung-gunung. Jikalau Dia
menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka
jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan
laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bagi setiap orang yang
bersabar dan banyak bersyukur". (Asy-Syura : 32-33)

Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji
orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka.
Firman-Nya.

"Artinya : Dan, orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan,
mereka itulah orang-orang yang benar (imannya),
dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa".
(Al-Baqarah : 177)

Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar
adalah orang-orang yang dicintai Allah,
sebagaimana firman-Nya.

"Artinya : Dan, Allah mencintai orang-orang
yang sabar". (Ali Imran : 146)

Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi
balasan kepada orang-orang yang sabar dengan
balasan yang lebih baik daripada amalnya dan
melipatgandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya.

"Artinya : Dan, sesungguhnya Kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang sabar
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka
kerjakan". (An-Nahl : 96)

"Artinya : Sesungguhnya hanya orang-orang
yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka
tanpa batas". (Az-Zumar : 10)

Bahkan engkau akan mengetahui bahwa keberuntungan
pada hari kiamat dan keselamatan dari neraka akan
mejadi milik orang-orang yang sabar. Firman Allah.

"Artinya : Sedang para malaikat masuk ke
tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil
mengucapkan): 'Salamun 'alaikum bima shabartum'.
Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu".
(Ar-Ra'd : 23-24)

Benar. Semua ini merupakan balasan bagi
orang-orang yang sabar dalam menghadapi cobaan.
Lalu kenapa tidak? Sedangkan orang mukmin selalu
dalam keadaan yang baik ?

Dari Shuhaib radhiyallahu anhu, sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

"Artinya : Sungguh menakjubkan urusan orang
mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik.
Apabila mendapat kelapangan, maka dia bersyukur
dan itu kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa
kesempitan, maka dia bersabar, dan itu kebaikan
baginya". (Ditakhrij Muslim, 8/125 dalam Az-Zuhud)

Engkau harus tahu bahwa Allah mengujimu menurut
bobot iman yang engkau miliki. Apabila bobot
imanmu berat, Allah akan memberikan cobaan yang
lebih keras. Apabila ada kelemahan dalam agamamu,
maka cobaan yang diberikan kepadamu juga lebih
ringan. Perhatikanlah riwayat ini.

"Artinya : Dari Sa'id bin Abi Waqqash
Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Aku pernah
bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang
paling keras cobaannya ? Beliau menjawab: Para
nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan
lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya.
Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka
cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam
agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji
menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan
seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan
di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada
dirinya". (Isnadnya shahih, ditakhrij At-Tirmidzy,
hadits nomor 1509, Ibnu Majah, hadits nomor 4023,
Ad-Darimy 2/320, Ahmad 1/172)

"Artinya : Dari Abu Sa'id Al-Khudry
Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Aku memasuki
tempat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam,
dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku
di badan beliau. Maka aku merasakan panas
ditanganku di atas selimut. Lalu aku berkata.
'Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini
pada dirimu'. Beliau berkata: 'Begitulah kami
(para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan
pahala juga ditingkatkan bagi kami'. Aku bertanya.
'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling
berat cobaannya ? Beliau menjawab: 'Para nabi. Aku
bertanya. 'Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?
Beliau menjawab: 'Kemudian orang-orang shalih.
Apabila salah seorang di antara mereka diuji
dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang
diantara mereka tidak mendapatkan kecuali
(tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, apabila
salah seorang diantara mereka sungguh merasa
senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang
diantara kamu yang senang karena kemewahan".
(Ditakhrij Ibnu Majah, hadits nomor 4024, Al-Hakim
4/307, di shahihkan Adz-Dzahaby)

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata.
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata :

"Artinya : Cobaan tetap akan menimpa atas
diri orang mukmin dan mukminah, anak dan juga
hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada
dirinya tidak ada lagi satu kesalahanpun".
(Isnadnya Hasan, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits
nomor 2510. Dia menyatakan, ini hadits hasan
shahih, Ahmad 2/287, Al-Hakim 1/346, dishahihkan
Adz-Dzahaby)

Selagi engkau bertanya : "Mengapa orang mukmin
tidak menjadi terbebas karena keutamaannya di sisi
Rabb?".

Dapat kami jawab : "Sebab Rabb kita hendak
membersihkan orang Mukmin dari segala maksiat dan
dosa-dosanya. Kebaikan-kebaikannya tidak akan
tercipta kecuali dengan cara ini. Maka Dia
mengujinya sehingga dapat membersihkannya. Inilah
yang diterangkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam terhadap Ummul 'Ala dan Abdullah bin
Mas'ud. Abdullah bin Mas'ud pernah berkata. "Aku
memasuki tempat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam
dan beliau sedang demam, lalu aku berkata. 'Wahai
Rasulullah, sesungguhnya engkau sungguh menderita
demam yang sangat keras'.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata.
"Benar. Sesungguhnya aku demam layaknya dua orang
diantara kamu yang sedang demam".

Abdullah bin Mas'ud berkata. "Dengan begitu
berarti ada dua pahala bagi engkau ?"

Beliau menjawab. "Benar". Kemudian beliau berkata.
"Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena
suatu penyakit dan juga lainnya, melainkan Allah
menggugurkan kesalahan-kesalahannya dengan
penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan
daun-daunnya". (Ditakhrij Al-Bukhari, 7/149.
Muslim 16/127)

Dari Abi Sa'id Al-Khudry dan Abu Hurairah
Radhiyallahu anhuma, keduanya pernah mendengar
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata.

"Artinya : Tidaklah seorang Mukmin ditimpa
sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran
yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni
kesalahan-kesalahannya". (Ditakhrij Al-Bukhari
7/148-149, Muslim 16/130)

Sabar menghadapi sakit, menguasai diri karena
kekhawatiran dan emosi, menahan lidahnya agar
tidak mengeluh, merupakan bekal bagi orang mukmin
dalam perjalanan hidupnya di dunia. Maka dari itu
sabar termasuk dari sebagian iman, sama seperti
kedudukan kepala bagi badan. Tidak ada iman bagi
orang yang tidak sabar, sebagaimana badan yang
tidak ada artinya tanpa kepala. Maka Umar bin
Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata. "Kehidupan
yang paling baik ialah apabila kita mengetahuinya
dengan berbekal kesabaran". Maka andaikata engkau
mengetahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang
telah dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa
bersabar dalam menghadapi sakit. Perhatikanlah
riwayat berikut ini.

"Artinya : Dari Atha' bin Abu Rabbah, dia
berkata. "Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku.
'Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita
penghuni sorga ? Aku menjawab. 'Ya'. Dia (Ibnu
Abbas) berkata. "Wanita berkulit hitam itu pernah
mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,
seraya berkata. 'Sesungguhnya aku sakit ayan dan
(auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi diriku.
Beliau berkata. 'Apabila engkau menghendaki, maka
engkau bisa bersabar dan bagimu adalah sorga. Dan,
apabila engkau menghendaki bisa berdo'a sendiri
kepada Allah hingga Dia memberimu fiat'. Lalu
wanita itu berkata. 'Aku akan bersabar. Wanita itu
berkata lagi. 'Sesungguhnya (auratku) terbuka.
Maka berdo'alah kepada Allah bagi diriku agar
(auratku) tidak terbuka'. Maka beliau pun berdoa
bagi wanita tersebut". (Ditakhrij Al-Bukhari
7/150. Muslim 16/131)

Perhatikanlah, ternyata wanita itu memilih untuk
bersabar menghadapi penyakitnya dan dia pun masuk
sorga. Begitulah yang mestinya engkau ketahui,
bahwa sabar menghadapi cobaan dunia akan
mewariskan sorga. Diantara jenis kesabaran
menghadapi cobaan ialah kesabaran wanita muslimah
karena diuji kebutaan oleh Rabb-nya. Disini
pahalanya jauh lebih besar.

Dari Anas bin Malik, dia berkata. "Aku pernah
mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
berkata.

"Artinya : Sesungguhnya Allah berfirman.
'Apabila Aku menguji hamba-Ku (dengan kebutaan)
pada kedua matanya lalu dia bersabar, maka Aku
akan mengganti kedua matanya itu dengan sorga".
(Ditakhrij Al-Bukhari 7/151 dalam Ath-Thibb.
Menurut Al-Hafidz di dalam Al-Fath, yang dimaksud
habibatain adalah dua hal yang dicintai. Sebab itu
kedua mata merupakan anggota badan manusia yang
paling dicintai. Sebab dengan tidak adanya kedua
mata, penglihatannya menjadi hilang, sehingga dia
tidak dapat melihat kebaikan sehingga membuatnya
senang, dan tidak dapat melihat keburukan sehingga
dia bisa menghindarinya.)

Maka engkau harus mampu menahan diri tatkala sakit
dan menyembunyikan cobaan yang menimpamu.
Al-Fudhail bin Iyadh pernah mendengar seseorang
mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia
berkata kepadanya. "Bagaimana mungkin engkau
mengadukan yang merahmatimu kepada orang yang
tidak memberikan rahmat kepadamu ?"

Sebagian orang Salaf yang shalih berkata :
"Barangsiapa yang mengadukan musibah yang
menimpanya, seakan-akan dia mengadukan Rabb-nya".

Yang dimaksud mengadukan di sini bukan membeberkan
penyakit kepada dokter yang mengobatinya. Tetapi
pengaduan itu merupakan gambaran penyesalan dan
penderitaan karena mendapat cobaan dari Allah,
yang dilontarkan kepada orang yang tidak mampu
mengobati, seperti kepada teman atau tetangga.

Orang-orang Salaf yang shalih dari umat kita
pernah berkata. "Empat hal termasuk simpanan
sorga, yaitu menyembunyikan musibah,
menyembunyikan (merahasiakan) shadaqah,
menyembunyikan kelebihan dan menyembunyikan sakit".

Ukhti Muslimah !
Selanjutnya perhatikan perkataan Ibnu Abdi Rabbah
Al-Andalusy : "Asy-Syaibany pernah berkata.
'Temanku pernah memberitahukan kepadaku seraya
berkata. 'Syuraih mendengar tatkala aku
mengeluhkan kesedihanku kepada seorang teman. Maka
dia memegang tanganku seraya berkata. 'Wahai anak
saudaraku, janganlah engkau mengeluh kepada selain
Allah. Karena orang yang engkau keluhi itu tidak
lepas dari kedudukannya sebagai teman atau lawan.
Kalau dia seorang teman, berarti dia berduka dan
tidak bisa memberimu manfaat. Kalau dia seorang
lawan, maka dia akan bergembira karena deritamu.
Lihatlah salah satu mataku ini, 'sambil menunjuk
ke arah matanya', demi Allah, dengan mata ini aku
tidak pernah bisa melihat seorangpun, tidak pula
teman sejak lima tahun yang lalu. Namun aku tidak
pernah memberitahukannya kepada seseorang hingga
detik ini. Tidakkah engkau mendengar perkataan
seorang hamba yang shalih (Yusuf) : "Sesungguhnya
hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan
kesedihanku". Maka jadikanlah Allah sebagai
tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang
menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung
jawab yang paling mulia dan yang paling dekat
untuk dimintai do'a". (Al-Aqdud-Farid, 2/282)

Abud-Darda' Radhiyallahu anhu berkata. "Apabila
Allah telah menetapkan suatu takdir, maka yang
paling dicintai-Nya adalah meridhai takdir-Nya".
(Az-Zuhd, Ibnul Mubarak, hal. 125)

Perbaharuilah imanmu dengan lafazh la ilaha
illallah dan carilah pahala di sisi Allah karena
cobaan yang menimpamu. Janganlah sekali-kali
engkau katakan : "Andaikan saja hal ini tidak
terjadi", tatkala menghadapi takdir Allah.
Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari sisi
Allah.