◄►broxzin adventure◄►

Sunday, August 31, 2008

Marhaban Yaa Ramadhan

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al-Baqarah - 183)

Marhaban yaa Ramadhan, Selamat menunaikan ibadah puasa 1429 H semoga segala amal dan ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Amin.


Sunday, August 24, 2008

In Memory at Puncak Garuda (G. Merapi)

Pada tahun 2002(dach lama banget brooo...hehehe) yang terdiri dari tujuh orang kalau gak salah melakukan pendakian ke Gunung Merapi di Jawa Tengah. Berangkat dari Yogyakarta pada pukul 5 sore dengan menggunakan sepeda motor menuju ke arah Selo....lumayan pegel juga sampai di lokasi pada pukul kalau gak salah 8 - 9 malam. Perjalanan dari Jogja menuju Selo lumayan menguras tenaga kami, karena waktu itu kabut turun dengan sangat tebal, jarak pandang hanya mencapai 1 meter saja dan kamipun harus berjalan mengendarai motor dengan pelan² sambil membawa perlengkapan dengan tas ransel. Di samping turun kabut, juga sempat turun hujan, akan tetapi tak menghalangi niat dan semangat kami untuk berpetualang menaklukkan puncak Garuda. Sesampainya di Selo, kami pun segera mencari tempat untuk menitipkan sepeda motor dan juga sebagai tempat camp kami untuk istirahat sejenak sambil mengisi perut. Lantas kamipun memutuskan untuk memilih camp dekat dengan jalur pendakian Selo yang paling atas sendiri. Setelah memasukkan motor, perbekalan, dan juga sehabis makan, sambil istirahat kamipun merencanakan jam untuk berangkat menuju puncak. Setelah kita sepakat bahwa kita nanti berangkat pada pukul 11 malam, terlebih dahulu kita istirahat....ada yg tidur..ada pula yang ngobrol. Kebetulan pas waktu itu rombongan yang lain juga banyak yang ngecamp bareng di rumah tersebut, akan tetapi berangkat menuju puncak tidak bareng.

Untuk mencapai puncak Merapi, para pendaki diharuskan melewati jalur utara. Selain aman, jaraknya juga tidak begitu jauh dibandingkan dengan jalur lain. Jalur tersebut dimulai dari Kecamatan Selo, Boyolali. Untuk sampai ke daerah ini cukup gampang. Anda bisa naik bis jurusan Semarang - Solo dan turun di Boyolali. Dari sini Anda bisa meneruskan dengan bis jurusan Boyolali - Selo. Dari Selo atau tepatnya dari Dusun Plalangan, Anda dapat memulai perjalanan.

Dengan berjalan kaki melewati jalan Aspal menuju basecamp pendakian merapi di dukuh plalangan, desa Lencoh, kecamatan Selo, kabupaten Boyolali, dengan menempuh jarak lebih kurang 1 km dari jalan raya Boyolali-Magelang, ditambah dengan jalanan yang menanjak cukup untuk dijadikan pemanasan sebelum pendakian ke Gn.Merapi.

Untuk ke puncak, hanya perlu waktu sekitar 6 jam sedangkan untuk turun diperlukan waktu sekitar 4 jam. Karena waktu tempuhnya cukup singkat, perjalanan bisa dimulai sekitar pukul 24.00, agar kita tiba Puncak Garuda bisa menikmati sunrise dengan jelas. Pendaki dapat beristirahat di basecamp yang dapat menampung sekitar 50 orang pendaki. Disini tersedia tempat untuk tidur rame-rame. Siapkan persediaan air karena selama diperjalanan kita tidak akan menemui mata air.

Dari basecamp melalui jalan aspal kita berjalan hingga ujung jalan aspal dan akan menjumpai rumah joglo Pos1. Melalui jalan setapak di sebelah kiri bangunan ini perjalanan akan melintasi kebun penduduk yang banyak ditanami tembakau dan kol. Jalur sedikit menanjak namun banyak kerikil sehingga perlu hati-hati agar tidak terpeleset.

Setengah perjalanan menuju Pos 2 berupa kebun penduduk, setengahnya lagi kita mulai memasuki hutan pinus yang terjal. Jalur ini berupa tanah namun banyak kerikil sehingga cukup menyulitkan perjalanan. Mendekati pos 2 kita mulai melewati batu-batuan yang besar.

Dari Pos 2 menuju Pos 3 jalur akan banyak melewati batuan-batuan terjal, angin kencang mulai terasa sangat mengganggu. Gunakan jaket tebal, sarung tangan, dan penutup muka, karena dinginnya tiupan angin. Bila ingin beristirahat carilah celah- celah batu yang dapat melindungi kita dari hembusan angin kencang. Dimalam hari kita dapat menyaksikan gemerlapnya kota Boyolali.

Dari Pos 3 menuju Pasar Bubrah, kita akan berhadapan dengan batu-batu terjal. Disini pendaki harus berjalan sambil merangkak dibeberapa tempat yang terjal. Hembusan angin kencang sangat terasa, seolah-olah melarang para pendaki untuk mendekati Puncak Merapi ini.

Dari Pasar Bubrah pendaki yang nekad dapat melanjutkan pendakian ke Puncak Garuda. Puncak ini sudah rusak dan longsor sehingga sangat berbahaya untuk melakukan pendakian. Selain sangat terjal dan mudah longsor juga angin kencang bertiup tiada hentinya. Untuk menghilangkan kekecewaan Pendaki dapat meneruskan pendakian ke puncak Gn. Kendit yang berada di samping Puncak Garuda.

Dari puncak Garuda, Anda bisa melihat pemandangan yang menakjubkan, dimana kawah merapi berada di depan mata tak henti-hentinya mengeluarkan asap. Tampak pula, di sebelah utara, Gunung Merbabu yang menantang untuk ditaklukkan. Di seberang Barat dan Timur, Gunung Lawu dan Gunung Sindoro-Sumbing seperti gundukan-gundukan hijau. Jika cuaca cerah, pemandangan lebih mengasyikkan lagi, karena Anda bisa melihat kota Magelang dan Boyolali. Di puncak suhunya bisa mencapai 5 derajat sampai -8 derajat.

Friday, August 22, 2008

PECINTA ALAM

pendaki gunung, sahabat alam sejati
jaketmu penuh lambang, lambang kegagahan
memproklamirkan dirimu pencinta alam
sementara maknanya belum kau miliki

ketika aku daki dari gunung kegunung
disana kutemui, kajanggalan makna
banyak pepohonan merintih kepedihan
dikuliti pisaumu yang tak pernah diam

batu batu karang merintih kesakitan
ditikam belatimu yang ber ... ??
hanya untuk tunjukan pada halayak
bahwa disana ada kibar benderamu

oh alam korban ke akuan,
oh alam korban keangkuhan
maafkan mereka yang tak mau mengerti arti kehidupan

Artis (Band): Rita Ruby Hartland

Tuesday, August 19, 2008

MERDEKA........

Merdeka! Sudah berkali-kali teriakan itu berkumandang, menggema di cakrawala, meresap di bumi, dan mengalir di air. Lantas, merdeka dari apa ? kemudian, merdeka untuk apa ? Dan, adakah merdeka sejati itu ditemui hari ini ?

Kesejahteraan tak muluk bagi rakyat yang hidup di negeri "gemah ripah loh jinawi" ini : cukup sandang, ada papan, dan tak kurang pangan. Jika pun ditambah beroleh pendidikan dan kesehatan layak, pun rasanya masih membumi. Pertanyaan amat besar, mengapa mencapai itu begitu susah ? Padahal pembangunan seperti mesin yang tak ingin berhenti.

Dari ujung pelosok negeri hingga belantara kota, harapan itu sepertinya bersambung-sambung, tenaga, dan peluh sudah tak bisa mengeluh. Sungguh, kebanyakan orang Indonesia penuh kebijakan, “Kalau tak bisa mengecap sejahtera hari ini, semoga anak cucu yang bisa merasakannya”. Dan, doa it uterus berlanjut, ditingkahi perjuangan mengisi hari-hari yang demikian berharga ini.
Merdeka ?