◄►broxzin adventure◄►

Thursday, May 29, 2008

MENDUNG ANEH MENJELANG GEMPA BUMI DI JOGJA

Kisah nyata dalam diri saya ini muncul sehari sebelum terjadinya gempa bumi yang melanda Yogyakarta, tepatnya pada tanggal 26 Mei 2006. Berawal ketika pada pagi hari tepat pukul 9:00 saya bersama calon isteri saya berencana ingin bepergian ke Kaliurang. Dalam perjalanan menuju Kaliurang tepatnya di daerah jalan Kaliurang KM 7 mendadak tiba² dari arah Utara, tepatnya di atas Gunung merapi saya melihat kejadian aneh di atas langit, yaitu awan mendung yang aneh berjalan dari Utara menuju ke arah Selatan. Mendung tersebut terlihat tidak seperti biasanya, karena bentuknya yang aneh pula, yaitu menyerupai kerucut lancip menghadap ke Selatan dan berjalan perlahan ke arah Selatan pula, padahal di samping kanan kiri dari mendung yang berbentuk kerucut tadi dan di daerah Selatan awan sangat cerah nan biru bersih.

Perasaan saya semakin tidak enak sesaat melihat kejadian tersebut dan kuputuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke arah Utara (tempat Wisata Kaliurang) karena dalam pikiran saya saat itu di Kaliurang pasti hujan. Lalu saya urungkan niat kami dan berganti menuju ke arah Selatan menuju ke pantai di daerah Kulon Progo. Dalam perjalanan ke pantai saya tak habis-habisnya ngobrol masalah mendung yang aneh tadi sama calon isteri saya sambil sesekali melihat ke langit untuk mengamati mendung yang bentuknya menyerupai kerucut tadi. Sambil kami ngobrol dan sesekali melihat ke langit, perasaan saya juga mengatakan sepertinya semakin yakin bahwa bahwa akan terjadi sesuatu nantinya di Yogyakarta ini entah itu bencana, bahkan saya sempat berpikir apakah ini akan menjadi akhir dari kehidupan dunia, dalam artian kiamat.

Sambil sesekali mengamati ke langit dan tak habis-habisnya kami mengobrol tentang mendung aneh tersebut sesekali pula saya termenung apa gerangan nantinya yang akan terjadi. Dan bukannya perasaan saya semakin surut malah perasaan was-was tersebut semakin bertambah dikarenakan awan mendung tadi seperti membuntuti kami dan mengiringi kami menuju perjalanan ke arah pantai Selatan. Semakin ke selatan semakin pula awan mendung tersebut pudar dan menghilang. Sesampai di pantai Samas Kulon Progo sayapun masih penasaran dan sesekali saya memandang ke arah utara melihat langit mendung yang aneh tadi, akan tetapi mendung tersebut sedikit demi sedikit telah memudar dan memencar.

Menjelang sore hari kami pun lantas pulang ke rumah dengan perasaan yang masih was-was akan kejadian di pagi hari tersebut. Sesampai di rumah sayapun lantas mandi dan merenungi apa yang telah saya alami dalam perjalanan tadi. Dan sayapun yang kebetulan pada malam harinya di tempat teman saya menceritakan apa yang terjadi sewaktu dalam perjalanan pagi harinya tadi kepada teman saya. Hari semakin malam dan menginjak tengah malam perasaan saya masih dihantui rasa tidak enak dan tanpa saya sadari hal itu akan menjadi pertanda atau petunjuk atau firasat bagi saya. Dan malam itu malam yang panjang dan saya tidak bisa tidur nyenyak di kala perasaan was-was menyertai keheningan malam yang terasa aneh tersebut. Sayapun baru bisa tidur sekitar jam 3 pagi.

Pada pagi harinya tepatnya tanggal 27 Mei 2007, perasaan yang tidak mengenakkan dalam diri saya tersebut menjadi benar-benar kenyataan. Dalam kondisi saya yang masih tertidur pulas di rumah teman saya terkejut ketika bumi tergoncang. Ternyata perasaan yang saya alami tersebut sebagai pertanda atau firasaat akan terjadinya kiamat kecil atau bencana gempa bumi yang melanda Yogyakarta tersebut. Serentak sayapun terbangun dengan kaget setengah mati dan secara insting perasaan saya mengatakan bahwa saya harus cepat bergegas lari keluar dari rumah dan mencari tempat lapang untuk berlindung dari reruntuhan rumah yang ketika itu rumah tetangga teman saya rata dengan tanah. Padahal jarak antara rumah teman saya dengan rumah tetangga teman saya itu hanya satu meter dan dibatasi sebuah jalan kecil atau gang. Tanpa memandang harta atau barang sayapun menyelamatkan diri dengan lari sekencang-kencangnya dengan disertai goncangan yang cukup hebat sayapun terpontang-panting seperti mainan yang digoyang kesana kemari rasanya ingin jatuh, dan saya berusaha untuk mempertahankan agar lari saya seimbang dan tidak jatuh dengan dibantu di kanan kiri saya terdapat tembok bangunan rumah sebelum runtuh. Belum sampai di tanah yang lapang goncangan tersebut berhenti dan sayapun akhirnya memberanikan diri kembali ke rumah teman saya tersebut untuk memastikan apakah teman saya dan keluarganya juga selamat. Belum sesampai di depan rumah teman saya ternyata rumah tetangga teman saya tersebut dengan hitungan detik saya lihat sudah rata dengan tanah dan dengan tertatih-tatih sedikit lecet di tangan dan kaki sayapun memberanikan diri untuk memastikan untuk menuju ke rumah teman saya tadi dengan jalan melewati puing-puing bangunan yang rata dengan tanah tadi. Dan Alhamdulillah semuanya selamat walaupun simbah teman saya tertimpa lemari akan tetapi tidak apa-apa dan saya papah berjalan keluar untuk menuju tanah lapang. Sedangkan rumah teman saya tadi tidak runtuh akan tetapi retakan-retakannya cukup parah juga terutama di kamar yang saya tiduri tadi sampai tembok kamar bagian terluar menganga dan miring tapi untungnya tidak roboh. Kondosi waktu itu semuanya pada panik dan suara minta tolong terdengar di mana-mana.

Di saat kepanikan masih melanda semua orang dikarenakan gempa susulan yang tiada henti menggoyang Yogyakarta, muncul isu tsunami yang membuat kondisi semakin bertambah panik. Suara teriakan tsunami…tsunami…tsunami….ada yang bilang banyune munggah…banyune munggah…banyune munggah…secara serentak semua orang panic dan berlarian untuk mencari tempat yang lebih tinggi. Tidak bisa dibayangkan waktu itu semuanya kacau balau…panik…..takut…dan trauma melanda kita semua. Teriakan gema Allahu Akbar…..Allahu Akbar…..Allahu Akbar….saling silih berganti dikumandangkan oleh semua orang sambil berlarian menyelamatkan diri. Namun isu tetaplah isu, artinya berita tersebut tidak benar. Padahal ada orang yang berlarian dari rumahnya sampai berkilo-kilo meter hanya untuk menyelamatkan diri, ada pula yang pas waktu gempa tersebut sedang mandi tanpa disadari lari karena dahsyatnya gempa tanpa menggunakan pakaian alias telanjan, ada pula yang naik truk dan semuanya itu kacau balau disertai panic yang luar biasa. Hujan tangispun tiada henti menyertai kepanikan mereka. Banyaknya korban yang mencapai kurang lebihnya 5000 jiwa dan banyak pula yang kehilangan rumah karena rata dengan tanah membuat warga Yogyakarta menjadi sangat prihatin sekali waktu itu. Belum lagi malam harinya yang dilanda hujan disertai goyangan gempa tanpa ada aliran listrik semuanya gelap membuat masyarakat semakin tersiksa dan menderita.

Bagaimana dengan keluarga saya ? Alhamdulillah keluarga dan rumah saya semuanya baik-baik saja. Semuanya juga pada panik waktu gempa dan waktu ada isu tsunami, namun saya menenangkannya dan mengatakan bahwa isu tsunami merupakan berita bohong, padahal keluarga saya sudah mo siap-siap meninggalkan rumah dan juga sambil membawa bekal untuk menyelamatkan diri. Setelah memastikan bahwa keluarga saya semuanya baik-baik saja sayapun kembali ke rumah teman saya tepatnya berada di daerah Krapyak Kulon untuk membantu menangani korban maupun turut mengamankan barang yang masih bisa diselamatkan. Selama kurang lebih 3 bulan di sebagian wilayah Krapyak Kulon listriknya padam, ditambah juga dengan adanya kiriman maling katanya dari daerah Jawa Timur dengan menggunakan truk yang tersebar di mana-mana membuat warga semakin waspada. Bisa-bisanya mereka bergerombol dan mengirimkan maling dengan menggunakan truk hanya untuk menjarah….taga sekali yach. Tiap malam hari kampong masing-masing dijaga dengan ketat dengan ditutupnya jalan dengan menggunakan bamboo dan kayu seperti adanya perang kampung untuk memastikan kampung mereka aman. Setiap ada orang yang lewat pasti ditanya dulu dengan menunjukkan identitas diri dan keperluannya mau apa. Waktu itu juga ada warga di kampung tetangga menangkap maling dan maling tersebut langsung di bunuh karena kekesalan warga yang sedang menderita kok bisa-bisanya mereka ngirim maling. Maling-maling tersebut juga sangat licin seperti layaknya lele. Setiap maling itu dikejar dan ketika maling itu berlari ke arah sawah maling tadi menghilang tanpa jejak. Ada kemungkinan maling-maling tersebut dibekali dengan ilmu hitam yang diberi nama ilmu lele putih. Tentu saja warga sangat geram sekali dengan ulah para maling tadi.

Selama kurang lebihnya 3 bulan waktu itu saya pergunakan untuk menjadi relawan dan membantu pembangunan salah satunya di rumah teman saya yang selama ini sudah saya anggap seperti keluarga sendiri. Dan kebetulan tempat kerja saya juga bangunannya rusak parah dan tidak mungkin lagi bisa digunakan. Bayangkan saja gempa susulan menggoyang Yogyakarta hampir kurang lebihnya 4 bulan. Walaupun guncangannya kecil, akan tetapi rasa trauma seakan tidak menghilang dari perasaan masyarakat Jogja. Dan selama 1 tahun dari peristiwa tersebut masih banyak juga warga yang trauma akan kejadian tersebut. Walaupun waktu itu Jogja sudah terbebas dari gempa susulan, namun kalau kita sedang mandi berada di dalam kamar mandi tapi perasaan masih ada goncangan dari dalam kamar mandi dan mandipun jadi tak tenang.

Melihat dari kejadian di atas dan firasat yang saya rasakan ternyata ada juga manfaatnya. Firasat yang timbul dari diri kita ini walaupun tanpa kita sadari akan tetapi perlu kita renungkan dan fikirkan baik-baik. Bahkan perasaan firasat yang saya alami itu tidak hanya sesekali saja, namun sudah berulang kali saya alami, kalau mau ada kejadian pasti ada firasat yang dating dengan perasaan tidak enak meskipun itu tanpa saya sadari. Wallahu’alam…….

Friday, May 23, 2008

Peringatan 2 tahun Gempa di Jogja

TANGGAL 27 Mei 2008 nanti peristiwa bencana gempa bumi Yogyakarta telah 2 tahun berlalu. Banyak pembangunan rumah baru di tempat bekas gempa telah selesai, bahkan beberapa keluarga telah mempunyai rumah yang lebih baik daripada sebelum gempa. Banyak orang yang mengalami trauma pada saat gempa, telah mulai sembuh, beberapa sudah tidak kelihatan beban bantinnya yang dalam. Banyak korban gempa mulai melakukan usaha baru dan menjalani hidup baru dengan keyakinan yang lebih baik. Semua itu pantas kita syukuri karena pelan-pelan namun pasti, kita telah bangkit dari pengalaman berat akibat gempa baik secara fisik, psikologis, dan juga rohani. Kita perlu ingat bahwa semakin waktu berlanjut, orang akan mudah melupakan peristiwa gempa tersebut. Termasuk melupakan bahwa ternyata masih ada beberapa orang yang belum tertolong, belum bangkit semangatnya, dan masih belum mengusahakan hidup baru. Selagi waktunya belum terlalu lama, kiranya pemerintah daerah dan juga masyarakat, perlu melihat dan memeriksa bila masih ada beberapa orang di sekitarnya yang belum tertolong. Mereka ini perlu didata dan dicarikan jalan keluar sebelum telanjur dilupakan. Gempa besar seperti yang kita alami 2 tahun lalu, menurut beberapa ahli, akan dapat terjadi sekitar 100-an tahun lagi. Bila ramalan itu benar, maka pada saat bencana seperti itu akan terjadi, kita semua yang mengalami gempa 2 tahun lalu sudah tidak ada di dunia ini. Kita sudah meninggal semuanya. Maka bila tidak ada pengingatan akan dahsyatnya gempa yang kita alami ini pada generasi mendatang, mereka akan tidak siap dan akan mengalami korban yang besar, bahkan dapat lebih besar karena seratus tahun lagi Yogyakarta sudah akan penuh sesak dengan penduduk dan bangunan. Pada saat itu kita yang mempunyai pengalaman gempa sudah tidak ada lagi, dan generasi baru yang ada tidak mengerti akan dahsyatnya gempa karena tidak mempunyai pengalaman. Pengingat akan bencana, seperti gempa dahsyat yang kita alami 2 tahun lalu, sangat penting bagi generasi penerus, agar mereka mengerti bagaimana gempa itu terjadi dan betapa banyaknya korban yang disebabkannya. Dengan demikian mereka akan selalu siap bila suatu saat terjadi gempa lagi. Mereka juga akan menjadi sadar bahwa mereka hidup di pulau yang tidak stabil, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut.